Seperti kita ketahui bersama, 30 Des 2009 lalu sekitar pukul 18.45 WIB, Presiden ke-4 Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebelumnya, Gus Dur sempat melakukan safari kultural ke Rembang dan Jombang.
Masih teringat di benak saya ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menikahkan kami 5 tahun yang lalu, kepemimpinan sosok beliau benar-benar memberikan inspirasi bagi banyak orang, terutama kami secara pribadi. Beliau adalah sosok yang humoris dan juga kaya akan wacana keilmuan, dekat dengan perubahan. Beliau tokoh nasional, negarawan yang berani melakukan perubahan. Salah satu contohnya beliau berhasil membuat istana sebagai tempat yang tak melulu sakral. Cuma beliau yang berani pakai celana pendek di istana, luar biasa.
Jika kita simak, banyak terurai jejak antropologis yang telah ditinggalkan oleh Gus Dur. Meski kerap berbau kontroversi, lompatan pemikiran Gus Dur, terbang tinggi melampaui tampilan fisiknya. Aneka kenylenehan Gus Dur kerap dicium sebagai aroma folklor. Oleh banyak kalangan, Gus Dur memang dikenal sebagai budayawan. Dalam sebuah kesempatan, Gus Dur sanggup mengulas habis lagu tombo ati yang ternyata memiliki filosofi khusus, berdasarkan rautan akarnya dari Timur Tengah. Secara khusus, Gus Dur pernah menganjurkan untuk memetakan masa lampau dan mengetahui banyaknya warisan budaya yang diterima.
Tentang kegemaran Gus Dur
Sejak kecil dalam kesehariannya Gus Dur punya kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustaan ayahnya, beliau juga rutin mendatangi perpustakaan umum. pada usia belasan sudah akrab dengan majalah, surat kabar, novel, dan buku-buku serius ketika usia lima tahun ia telah lancar membaca al Quran karena diajari mengaji saat serumah dengan kakeknya KH Hasyim Asyari.
Di mana saja, Gus Dur selalu membawa buku dan membaca. Bahkan ketika gelantungan di bus pun, dia terus membaca. Saat membaca sebelum mencapai titik, Gus Dur tidak akan menghiraukan sekitarnya, apalagi mau diajak bicara. Saya pun tidak dianggapnya. Akhirnya setiap pergi bersama dia, saya juga selalu berusaha membawa buku untuk dibaca, begitulah kata Gus Mus teman sejak kecil Gus Dur.
Gus Dur juga gemar kepada sepak bola, hobi ini bahkan pernah menghantarkannya sebagai komentator bola. Di mata orang dekatnya, Gus Dur juga gemar melakukan wisata kuliner. Diantaranya, terhadap menu tahu campur dan soto Kudus. Untuk itu, beberapa kali Gus Dur tak segan untuk mampir makan di warung emperan.
Selain itu, Gus Dur pun juga gemar mendengarkan musik, diantara musik yang paling digemari adalah musik klasik karya komposer Ludwig van Beethoven. Tak hanya musik klasik, Gus Dur ternyata juga menggemari lagu dangdut. Lagu berjudul remang-remang dianggap mewakili potret kehidupan pesisir. Pernah suatu ketika, Gus Dur menelpon salah seorang penyiar radio, hanya karena pemutaran lagu remang-remang itu dipotong, tak sampai tuntas diperdengarkan ke telinga pendengar. Konon, Gus Dur juga hafal lagu dangdut berjudul SMS (Trio Macan), Nyai Ronggeng (Inul Daratista), hingga beberapa lagu milik Rhoma Irama.
Bahkan, sebelum menghembuskan nafas terakhir Gus Dur sempat meminta dibelikan soto Kudus kegemarannya. Gus Dur pun juga sempat meminta diputarkan musik klasik karya komposer Ludwig van Beethoven.
Saya telah menjadi pengagum berat Gus Dur dan mendaulat diri sendiri sebagai murid beliau sejak ma¬sih remaja. Tapi, Gus Dur memang telampau besar untukku, sehingga aku tak pernah mampu menangkap secuil pemahaman yang berarti dari ilmunya, kecuali senantiasa terlongong-longong takjub oleh gagasan-gagasan serta tindakan-tindakannya
Ketika datang kesempatan ba¬gi¬ saya untuk benar-benar mendekat secara fisik dengan tokoh idola saya, yaitu saat beliau dengan rasa ikhlas menyempatkan waktu untuk menikahkan saya, saat itulah pengalaman-pengalaman besar kualami.
Saksikanlah, wahai bangsaku, inilah orang yang terlalu men¬cintaimu, sehingga tak tahan walau sedetik pun meninggalkanmu. Inilah orang yang begitu yakin dan determined akan cita-citanya, sehingga rasa sakit macam apa pun tak akan bisa menghentikannya. Selama napas masih hilir-mudik di paru-parunya, selama detak masih berdenyut di jantungnya, selama hayat masih dikandung badannya.
Kini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyelimutkan kasih sayang paripurnanya untuk hamba-Nya yang mulia itu. Memperbolehkannya beristirahat dari dunia tempat dia mengais bekal akhiratnya. Semoga sesudah ini segera tercurah pula kasih sayang Allah untuk bangsa yang amat dicintainya ini agar dapat beristirahat dari silang-sengkarut nestapa rakyatnya.
Bangsa ini akan selalu merindukanmu Gus, sekali lagi selamat jalan………
Oleh : Syauqi AF (Alumni BD. Al-Muhibbin)
http://semutpudak.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar