DUA METODE PENJERNIHAN QALBU

DUA METODE PENJERNIHAN QALBU

Alam semesta seisinya ini tidak ada artinya apa-apa dibanding dengan Allah. Berarti tidak ada sesuatu pun yang mampu menampung adanya Allah. Segalanya tidak bisa menjadi tempat semayamnya Allah, kecuali hati hambanya yang beriman. Maka disanalah Allah bersinggasana.

Hati orang yang beriman adalah rumah Allah. Dan karena itu hati merupakan amanah Ilahi untuk kita jaga jangan sampai terkena kotoran dunia. Oleh sebab itu hati harus kita jaga, dirawat, dirias biar menjadi elok. Hati kita adalah ruang dimana pertemuan dialogis (munajad) antara hamba dan Rabb berlangsung.

Dalam menjaga dan merawat rumah Allah ada dua cara menurut tradisi keagamaan kita yang agung.

Pertama tradisi Tazkiyatun Nafs, yaitu tradisi membersihkan kotoran jiwa yang dimulai dengan tobat. Dalam jiwa kita ada sisi gelap yang dipenuhi oleh virus-virus paling menjijikkan. Dimulai dengan virus iri dengki, lalu berkembang menjadi takabur, riya’, ujub, mencintai dunia, kedzaliman, kefasikan, kemunafikan, dan kemudian menjurus pada kekufuran.

Semua virus itu harus dibersihkan melalui taubat dan dzikrullah. Dari sinilah muncul paradigma kedua melalui Tathirul Qulub. Yaitu menyucikan hati melalui riasan etika atau akhlak hamba dengan Allah Ta’ala.

Penyucian hati berbeda dengan pembersihan jiwa. Kalo penucian hati lebih menekankan pada riasan pasca pertobatan, lalu memasuki wilayah spiritual dengan riasan-riasan maqamat demi maqamat. Sedangkan pembersihan jiwa adalah upaya untuk melakukan asketisme secara total, baik lewat tobat, zuhud, wara’, dan sebagaianya.

Dua proses tadi tidak tergantung dengan lifestyle dan penampilan orang per orang. Orang yang berjenggot panjang dan berjubah serta tasbih di tangannya belum tentu orang suci atau sufi. Siapa tahu dia dengan jubah dan jenggo malah tumbuh riya’, dan takabur atas nama syiar. Siapa tau mereka yang bernampilan necis dan perlente malah lebih dekat dengan Allah, ketimbang Anda yang memakai baju-baju relegius.
Dalam wilyah ruhani spiritual, baju dan bendera haruslah dilepaskan. Bahkan prestasi amaliyah sebagai tempat gantungan masa depan dan akhirat harus dikubur habis. Hanya Allah lah tempat bergantung kita, bukan amal perbuatan, prestasi ibadah, dan bukan pula hasrat-hasrat luhur. Bahwa kita sedang beramal itu bagus, itulah indicator bahwa kita berada dalam lindungan Ilahi.

Tetapi sebaliknya ketika kita sedang berbuat maksian dan hina, itu pertanda bahwasanya kita sedang dihina oleh Allah, na’ubillahi min dzalik. Kelak jika dua cara pembersiahan dan penyucian itu berlangsung, kita akan memasuki ruang zinatul asrar. Yaitu ruang rahasia yang menjadi manifestasi kemahaindahan Ilahi. Maka disana rumah Tuhan, bukan saja menjadi bersih, tetapi telah menjadi arasy yang haqiqi.

Related Post (Artikel Terkait):

0 komentar:

Posting Komentar

PRIMBON RAMALAN JODOH

*
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA YANG SEDERHANA INI, KRITIK DAN SARANNYA YA SOB BUAT BLOG SAYA INI SUPAYA LEBIH BAIK ... TERIMA KASIH